Senin, 03 Januari 2011

Banten Sehat 2010 Tak Tercapai


Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten Djadja Budi Su hardja, Rabu (7/4) lalu, beralasan, diu ndurnya target capaian Banten Sehat karena ada beberapa indikator yang belum terpenuhi. Kata dia, pada 2010 ada indikator yang sudah ter capai, ada pula yang belum.
Target indeks kesehatan pada angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) tahun 2009 tidak mencapai target. Pada la poran keterangan per tang gung jawaban (LKPJ) Gubernur Tahun Anggaran 2009, Pemprov me nargetkan AKI melahirkan 226 kasus/100.000 kelahiran yang dicapai 252 kasus/100.000 di ban dingkan tahun sebe lumnya, AKI menunjukkan 256 ka sus/100.000 kelahiran. Masih me nurut LKPJ 2009, AKB 2009 32 kasus/1.000 kelahiran tidak ter capai dari target 28 ka­sus/1.000 kelahiran. Hal ini juga perlu diapresiasi karena me ngalami penurunan di banding tahun sebelumnya yang men capai 34 kematian. Pemprov meng klaim bahwa jumlah AKI hamil bersalin yang melahirkan, yakni 478 orang pada 2008, menurun menjadi 372 orang pada 2009. Kemudian pe nu ru nan AKB dari 34/1000 kelahiran hidup tahun 2008 menjadi 25,3/1000 kelahiran hidup bayi pada 2009, serta meningkatnya usia harapan hidup dari 62,6 tahun di 2003 menjadi 64,6 tahun di 2008, dan menjadi 68 tahun pada 2009.
Sementara rasio penanganan dan pemberantasan penyakit pada 2008 dicapai 62,5%, ke mudian naik jadi 76,60 di 2009. Angka ini melewati angka 70,80% yang ditargetkan.
Mengenai target dan realisasi 2010, menurut Sekretaris Din kes Banten Drajat Ahmad Pu tera belum bisa diketahui ka rena masih pemutakhiran data di kabupaten/kota. “Paling cepat kita ketahui capaian di 2010 pada Januari 2011,” ujarnya.
Dinkes Banten merupakan sa lah satu satuan kerja pe rangkat daerah (SKPD) pemilik angg aran terbesar dalam APBD Banten 2011 dengan total ang garan Rp 209.300.000.000. Dari anggaran tersebut hampir 70 persen untuk proyek pengadaan pengadaan lahan, gedung, alat kesehatan hingga kalender dan pos ter. Kalaupun ada proyek ban tuan rakyat miskin, ang kanya jauh lebih kecil. Untuk pro g ram peningkatan gizi buruk, khususnya balita, hanya diang garkan Rp 5, 83 miliar untuk 5.000 balita selama 90 hari makan anak (HMA) atau hanya sekira Rp 13.000 per balita.
Pada rencana kerja dan ang garan (RKA) Dinkes pada APBD ta hun 2011, total ang garan un tuk pengadaan alat kes e ha tan mencapai Rp 59, 11 mi­liar. Pengadaan alat ke sehatan terbagi dua kategori yakni alat-alat kedokteran yang akan dihibahkan ke RSUD se Banten senilai total Rp 40, 12 miliar dan kegiatan pe nga daan sarana ke sehatan dasar berupa alat ke sehatan senilai Rp 18,93 miliar, untuk 5 RSUD dan 20 pus kesmas. Selain itu, dana se gar senilai Rp, 1,35 miliar digelontorkan untuk bantuan pembangunan gedung farmasi dan renovasi RSUD Pandeglang. Nilai pengadaan yang juga cukup besar adalah untuk pem bangunan Laboratorium Kesehatan Daerah yang men capai Rp 26,97 miliar, dengan rincian Rp 20,11 miliar untuk pengadaan gedung, Rp 6,50 miliar untuk pengadaan sarana dan prasarana, dan Rp 200 juta untuk pematangan lahan.
Tak kalah besarnya anggaran untuk pengadaan gedung Po liteknik Kesehatan (Poltekkes) Banten senilai Rp 28,18 miliar, yang dari total itu, sebanyak Rp 27,5 miliar digunakan untuk pengadan lahan. Pembangunan gedung RS Rujukan Banten mendapat kucuran dana Rp 28,18 miliar. Juga bantuan untuk pembangunan ruang perawatan 12 unit puskesmas dan 8 unit pos kesehatan desa (poskesdes) total anggaran mencapai Rp 26,75 miliar.
Menurut Drajat, anggaran Din kes Banten di APBD 2011 berusaha memfasilitasi ke bu tuhan kabupaten/kota. “Kalau dibilang banyak pengadaan, memang tupoksi kita lebih mengakomodasi kebutuhan ka­bupaten/kota untuk pe layanan kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Kata dia, hampir 90 persen anggaran Dinkes di 2011 untuk masyarakat. “Alat kesehatan juga untuk masyarakat. Kita merencanakan asuransi jam kesda di 2011,” ujarnya.
Problem kesehatan di Ka bupaten Serang, terutama urusan membangun kesadaran masyarakat pola hidup bersih sehat (PHBS) juga belum memiliki kemajuan. Dari 314 jumlah desa di Kabupaten Serang, belum ada satupun yang terbebas dari kebiasaan bua ng air besar (BA) sem­barangan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan dari 1,4 juta warga Kabupaten Serang, baru 38% yang menggunakan sanitasi baik, selebihnya warga masih BAB sembarangan, ada yang di kebun, sungai, dan sawah. Akibatnya lima kecamatan pernah ditetapkan kejadian luar biasa (KLB) diare. Kelima kecamatan itu adalah Tir tayasa, Pontang, Ciruas, Kra­matwatu dan Padarincang. Kabid Pe nang gulangan Pem berantasan Penyakit dan Kesehatan Li ng kungan (P3KL) Dinkes Ka bu paten Serang Maria lsmiati, mengatakan, minimnya ke sa daran warga soal pen tingnya sanitasi sehat diperparah de ngan sulitnya warga men da patkan air bersih. “Akibatnya berbagai penyakit mengancam warga, terutama diare,” kata Maria. (Team - Sumber (run-kar-fau/alt)

Masih Terbentur Masalah Infrastruktur


Masalah pendidikan di sejumlah daerah di Provinsi Banten masih terbentur infrastruktur pen didikan. Berdasarkan data dalam buku Satu Dasawarsa Pembangunan Pen didikan di Banten, kondisi ruang kelas berkondisi baik untuk SD yakni 10.742, rusak ringan 3.591, dan rusak berat 3.319. Untuk tingkat SMP, kondisi baik yakni 4.659, rusak ringan 940, dan rusak berat 282. Untuk SMA ruang kelas dalam kon disi baik yakni 2.022, rusak ringan 175, dan rusak berat 30. Sementara untuk SMK, kondisi baik sebanyak 1.321, rusak ringan 108, dan rusak berat 23.
Sementara anggaran untuk Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Banten tahun 2010 yakni Rp 1,16 triliun yang terdiri dari Rp 202,08 miliar dari APBN dan Rp 960,04 miliar dari APBD.
Kerusakan ruang kelas khu sus nya untuk sekolah dasar (SD) di Pandeglang bisa di iba rat kan bagai cendawan yang tum buh di musim hujan lan taran jumlahnya terbilang ba nyak. Jumlah ruang kelas yang rusak dengan alokasi ang garan untuk pembangunan dan rehabilitasi ruang kelas tak sebanding. Akibatnya saat satu ruang kelas di sebuah se kolah selesai dibangun atau di perbaiki, secara bersamaan di sekolah lain muncul lagi rua ng kelas rusak.
Kabid Program Dinas Pen di dikan (Dindik) Pandeglang Abdurahman, Kamis (23/12), mengakui tingginya jumlah ruang kelas yang rusak di Ka­bu paten Pandeglang, baik yang rusak berat, ringan mau pun se dang. Jumlahnya men capai ribuan kelas atau hampir se paruh dari jumlah ruang kelas yang ada di Ka bupaten Pan deglang sebanyak 4.978 kelas. Berdasarkan pen dataan Dindik Pandeglang hingga Juli 2010, ada 821 ruang kelas SD yang rusak ringan, 750 rusak sedang, dan 877 ru sak berat sehingga tak bisa lagi dipakai kegiatan belajar me ngajar (KBM).
Bila ingin menuntaskan per soalan problem ruang kelas ru sak di Pandeglang Pemkab harus mengalokasikan dana hingga Rp 387,71 miliar. “Itu dengan asumsi pembangunan satu ruang kelas baru (RKB) membutuhkan dana hingga Rp 65 juta,” katanya.
Pada 2010, pemerintah pusat menggelontorkan dana alokasi khusus (DAK) untuk Kabupaten Pan deglang sebesar Rp 55 miliar. Namun sayangnya, dana itu tidak bisa dialokasi untuk perbaikan ruang kelas. Pemkab Pandeglang bersama pe me rintah daerah lain di Banten me­lakukan koordinasi ke pe merintah pusat agar DAK bisa digunakan untuk perbaikan sa rana pendidikan. Pemkab dan DPRD Pandeglang me ngu­sulkan ke pemerintah pusat da lam hal ini Kementerian Pen didikan Nasional dan Ke men terian Keuangan meminta agar komposisi DAK dibagi dua, yakni 30 persen untuk pe ningkatan mutu dan sisanya untuk pembangunan fisik. Na mun pemerintah pusat tak me ngabulkan.
Penjabat Bupati Pandeglang Asmudji HW menilai, masalah sa rana pendidikan di Ka bu paten Pandegalng me ru pakan pe kerjaan rumah yang harus di selesaikan. “Ini adalah PR (pe kerjaan rumah-red) bagi pe mimpin Pandeglang men datang,” ujarnya.
Setali tiga uang, kerusakan infrastruktur pendidikan juga terjadi di Kabupaten Tangerang. Sekitar 1.460 kelas sekolah da sar negeri (SDN) di Ka bu paten Tangerang dalam kondisi rusak. Kerusakan bervariatif, mulai rusak ringan dan rusak sedang yang jumlahnya 984 kelas, hingga rusak berat yang jum lahnya 478 kelas. Ribuan ke las yang mengalami ke­ru sakan itu berasal dari 750 unit sekolah dasar yang tersebar di 29 kecamatan di Kabupaten Tangerang.
Pada awal November lalu, se bagian ruang kelas rusak itu mulai diperbaiki. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ta ngerang Mas Iman Kus nandar mengatakan, dari total APBD 2010 sebesar Rp 1,6 tri liun, sekitar tiga puluh per sennya untuk sektor pen di di kan. Namun persentase sektor pendidikan ini tidak semuanya di gunakan untuk perbaikan se­kolah. Sebab persentase ang garan itu juga termasuk ang garan belanja dan gaji pegawai. “Komitmen kami ada lah bagaimana kualitas sekolah di Kabupaten Ta nge rang sangat baik. Perbaikan ke rusakan terus kami ang­garkan dalam APBD,” kata Mas Iman, Selasa (2/11).
Ribuan ruang kelas rusak ju ga terjadi di Kabupaten Se ra ng. Berdasarkan data di Ba dan Perencanaan Pem ba ngu nan Daerah (Bappeda) Ka bupaten Serang me nye butkan, kerusakan ruang kelas SD yang rusak berat mencapai 366 kelas, rusak ringan 1.015. Sedangkan yang dalam kondisi baik men capai 2.914 kelas.
Sekretaris Dindik Kabupaten Serang Jajang Khusmara me nyebutkan, alokasi APBD 2010 men capai Rp 456,5 miliar. Na mun dana itu sebagian besar untuk gaji pegawai Dindik dan guru. Pada APBD 2011, alokasi un­tuk bidang pendidikan me ningkat menjadi Rp 478 miliar dari total APBD Kabupaten Serang Rp 1,00 triliun. Alokasi itu lebih banyak untuk menggaji para pegawai Dindik dan guru melalui pos belanja tidak lang­sung yang mencapai Rp 418,7 miliar. Sedangkan untuk be lanja langsung hanya Rp 60,9 miliar.
Jajang mengklaim, walau in frastruktur pendidikan terbatas, pendidikan di Kabupaten Se rang mengalami pening katan. Setiap tahun angka partisipasi pendidikan terus meningkat.
Menurut Jajang, sejak Juni 2010 buta aksara di Kabupaten Serang sudah tuntas sebanyak 49.572 orang. “Kualitas bisa meningkat kalau ada sinergitas antara semua pihak dan penunjang sepert infrastruktur,” katanya.
Sementara Kepala Dindik Ci legon Ratu Ati Marliati me nga takan, Pemkot Cilegon fo kus dalam peningkatan pen didikan dengan mengusulkan alo­kasi Rp 119, 12 miliar pada RAPBD 2011. Anggaran pen didikan ini rencananya untuk mem biayai sejumlah program, seperti peningkatan mutu pen didikan serta bantuan sarana.
Untuk peningkatan mutu sekolah, katanya, di antaranya memberikan pelatihan kepada guru. Sementara untuk bantuan sarana bagi sekolah diberikan jika sekolah memerlukan. Salah satunya dengan pengalokasian kebutuhan ruang kelas baru (RKB) dan sarana-prasarana lain.(Team - Sumber RB)

Kualitas Guru Belum Meningkat


Mereka menilai, butuh waktu lagi untuk mewujudkan perkembangan kualitas tersebut.
Menteri Pendidikan Nasional M Nuh menjelaskan, selama 2010 hingga evaluasi kemarin, anggaran yang terserap di Kemendiknas men capai 89,29 persen atau se kitar Rp 57 triliun. Mantan Rektor ITS itu menjelaskan, 70 persen atau sekitar Rp 39,9 triliun dari se rapan anggaran tersebut di gunakan untuk peningkatan kua litas guru. Salah satunya adalah memberikan tunjungan profesi. “Jumlahnya triliunan,” katanya.
Lantas dengan uang tersebut, apakah sudah ada peningkatan. M. Nuh menegaskan pihaknya masih belum bisa melihat pe ningkatan kualitas tersebut. Dia menjelaskan, program pe ningkatan kualitas guru dengan menggelontorkan dana yang superjumbo tersebut baru berjalan dua tahun. “Ibarat orang yang baru diberi makan, apa langsung larinya kencang,” tukas M. Nuh.
M Nuh berharap tahun depan kualitas guru bisa semakin me ningkat. Ini menyusul dengan rencana dan strategi (restra) Kemendiknas 2011-2014. Salah satunya adalah memperluas dan mempercepat peningkatan kualifikasi aka demik guru, ser tifikasi, dan rintisan pendidikan profesi guru. Dengan program ini, M Nuh mengatakan bisa semakin besar kesempatan para guru untuk meningkatkan kua litasnya. Mantan Menteri Ko munikasi dan Informasi ter sebut menegaskan, pening katan kualitas guru tidak hanya digeber untuk guru PNS saja. “Untuk guru non-PNS juga me miliki kesempatan,” kata dia.
Selain menyorot kinerja guru, dalam evaluasi kemarin M Nuh juga menjelaskan tentang perkembangan ujian nasional (UN). Kemendiknas sudah menetapkan prosedur peni laian UN dari dua aspek. Yaitu, 60 persen dari nilai UNs dan sisanya 40 persen dari nilai ujian sekolah. “Kita sudah menetapkan tidak ada ujian susulan,” terang M. Nuh.
Kemendiknas menetapkan prosentase nilai UN lebih tinggi karena pertimbangan nilai dari lembaga pendidikan kurang objektif. Dari penelitan Ke mendiknas, lembaga pendidikan dengan akreditasi C lebih gampang memberikan nilai yang tinggi dan seragam. Se mentara lembaga pendidikan dengan akreditasi A, terang M Nuh, lebih berani mem berikan nilai ke siswanya. “Jika pintar nilianya tinggi, sebaliknya juga berani memberikan nilai rendah,” papar dia.
Bagi siswa atau pelajar yang tidak lulus, M Nuh mengatakan masih belum tertutup ke sempatannya untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Siswa yang belum lulus, tambah M. Nuh, bisa mengikuti kejar paket B untuk SMP dan se derajat, atau C untuk tingkat SMA atau SMK. “Ijazah dari kejar paket tersebut juga bisa untuk masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi,” pungkas M Nuh.
Fokus program Kemendiknas lainnya pada 2011 adalah, peningkatan akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), penuntasan pendidikan dasar sembilan tahun, peningkatan mutu pendidikan vokasi dan politeknik. Selain itu juga percepatan peningkatan jumlah dosen D3 melalui program beasiswa. Untuk mewujudkan program tersebut, Kemendiknas mendapatkan anggaran Rp 55,5 triliun.(Team - Sumber RB)

Warga Berebut Ingin Foto Bareng


Pada Jumat (31/12) tepatnya pukul 22.34 WIB sebelum memasuki pergantian tahun baru 2011, jalanan yang berliku di kampung Kamalaka, Taktakan, Kota Serang, ada Toyota Kijang buatan tahun 2005, tepat parkir di sebelah rumah di Kampung Kamalaka No 21 RT 03 RW 05. Mobil itu membawa penumpang yang tak lain adalah pahlawan timnas asal Taktakan, Kota Serang, Muhammad Nasuha. Nasuha ini yang menyelamatkan muka Indonesia dengan satu gol saat berhadapan dengan Malaysia di leg kedua di stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Kedatangan pahlawan Garuda ini langsung disambut kakaknya, Sukemi, yang merupakan anak kedua pasangan Muhammad Yasin dengan Raisha, tepat di depan rumah sebelum bertemu dengan kedua orangtua. Kedatangan Nasuha tanpa sambutan dari Pemprov Banten, KONI Banten, maupun Dis pora Banten yang me ru pakan stakeholder olahraga di Banten. Penyambutan hanya dilakukan tetangga dan keluarga Nasuha.
Namun tidak sampai lima menit berselang, seperti raja yang ditunggu para rakyatnya, kepulangan Nasuha menyebar luas. Ratusan warga Kamalaka, ibu-ibu sampai anak-anak, pun berbondong-bondong mendatangi rumah Nasuha untuk melihat secara langsung pahlawan Garuda di ajang piala AFF Suzuki 2010. Mereka pun melewati pergantian tahun bersama Nasuha.
Nasuha yang baru saja duduk di ruang tamu dan berbincang-bincang kecil dengan ayahnya, Muhammad Yasin, dengan memakai baju berkerah warna putih dengan lambang garuda di dada sebelah kanan, menjadi sasaran warga yang ingin mengucapkan selamat. Warga lalu mengajak Nasuha berfoto bersama untuk kenang-kenangan karena kagum de ngan penampilan Nasuha yang tanpa lelah mengharumkan merah-putih di tingkat inter nasional.
Bagi tetangga Nasuha yakni Akbar Bakti Utama meng ung kapkan, tidak ingin melewatkan momen bersejarah bertemu langsung dengan Nasuha. “Buat saya, kak Nasuha itu idola. Saya sangat bangga sekali ada pemain timnas Indonesia yang berasal dari daerah Kamalaka. Bila sudah besar nanti, saya ingin seperti kak Nasuha bisa membela Tanah Air dan mengenakan seragam merah putih dengan lambang garuda di dada,” papar Akbar.
Bahkan kekaguman sosok Nasuha, juga dieluk-elukan pemuda kampung Kamalaka, Bayu Amarullah. Menurut Bayu, kekaguman terhadap Nasuha sudah ada sejak Nasuha masih bermain di kompetisi kampung sebelum ditarik ke klub Pelita Krakatau Steel (KS) pada 2001. “Ia (Nasuha-red) merupakan kebanggaan kami semua. Bagi saya, ia merupakan sosok pemuda yang berprestasi dan rendah hati. Makanya begitu Nasuha pulang, saya tidak ingin melewatkan momen untuk mengabadikan dengan berpose bersama dengan Nasuha. Foto ini akan saya bingkai dan saya pajang untuk memotivasi saya untuk bisa seperti Nasuha,” kata Bayu.
Meski kerepotan menghadapi warga yang ingin berpose bersama, Nasuha mengaku senang. “Meski saya capek tapi saya tidak ingin mengecewakan warga. Makanya saya mau meladeni mereka semua. Tanpa dukungan mereka semua, saya juga tidak bisa seperti ini. Buat saya, mereka juga keluarga saya,” ucap Nasuha.

Obat Rindu bagi Keluarga
Kepulangan Muhammad Nasuha ke Kampung Kamalaka merupakan obat rindu bagi keluarga besarnya. Terutama bagi kakak dan adik-adiknya yang telah lama merindukan kedatangan Nasuha karena sejak tiga bulan yang lalu tidak menginjakkan kaki ke kampung kelahirannya ini.
“Bahkan pada saat adiknya Yeni menikah pada 21 November lalu, Nasuha juga tidak pulang karena masuk pemusatan latihan timnas. Kami mengerti. Nasuha juga menjalankan tugas untuk negaranya meski kami hanya bisa menahan rindu. Tapi saya senang bisa bertemu dengannya di rumah, walaupun hanya sebentar,” tutur Sukemi, kakak Nasuha.
Kerinduan juga terpancar dari ayah Muhammad Nasuha, yakni Muhammad Yasin yang mengharapkan agar Nasuha bisa lebih lama di rumah. Tapi Nasuha sudah harus pulang hari ini karena harus menjalani sesi latihan dengan klub asal ibukota Jakarta yakni Persija di bawah asuhan Rahmat Darmawan. “Padahal saya ingin Nasuha bisa di rumah minimal lima hari. Namun kami tidak terlalu sedih. Yang penting Nasuha sudah menyempatkan diri untuk pulang ke kampung ha lamannya,” jelas Yasin.
Nasuha memaparkan, ingin lebih lama berada di rumah. Namun dia mengaku belum berkoordinasi dengan pela tihnya di klub. “Bila saya bisa mendapat libur saya akan berada di rumah. Saya juga kangen dengan kampung halaman. Buat saya, pulang kampung membuat saya punya semangat lebih lagi untuk menjalani pertandingan baik di klub maupun membela Indonesia,” pungkasnya. (*)

Mantan Bupati Kabupaten Tangerang Ditangkap


Mantan orang nomor satu di Ka bupaten Tangerang dan is trinya itu meraup keuntungan hingga puluhan miliar rupiah de ngan modus dapat meng gan dakan uang dan mengubah perhiasan palsu menjadi asli.
Dari tangan kedua tersangka, polisi menyita barang bukti berupa 7 kilogram perhiasan emas palsu, 300 gram bu tiran berlian palsu, 2 buah keris, 2 buah koper yang berisi kertas dan pakaian, 1 buah guci, 2 buah batu merah de lima, 5 pasang batu magnet hitam, rekening koran dan bukti transfer BCA dan BRI ser ta bukti bon pembelian emas.
Dari keterangan yang dihim pun, kedua tersangka mela kukan penipuan dengan mela kukan penggandaan uang ke pada para korban. Agus me­ngaku dapat melipat gan dakan uang dan mengubah perhiasan palsu menjadi asli.
Korban penipuan Agus se jauh ini tercatat baru dua orang yakni pemilik toko emas di Pasar Baru, Jakarta Pusat, yang telah mengalami kerugian senilai Rp 18 miliar. Pemilik toko emas ini ditipu ter sangka selama 2003-2004. Korban kedua yakni Darojat dan teman-temannya di Bandung, Jawa Barat, dengan kerugian sebesar Rp 450 juta.
Kedua tersangka sudah menjadi daftar pencarian orang (DPO) sejak 2003. Mengetahui menjadi buruan polisi, kemudian keduanya melarikan diri ke negara jiran, Malaysia. Di negeri jiran itu, Agus bersama istrinya melakukan hal yang sama. Hingga diciduk kepolisian Malaysia pada 2007 dan sempat ditahan hingga dua tahun.
Setelah ditahan kemudian tersangka kembali ke Tanah Air. Setibanya di Indonesia, dua tersangka ini tidak kapok melakukan tindak pidana penipuan. Korban bernama Darojat di Bandung tertipu senilai Rp 450 juta oleh tersangka pada 2010.
Mantan Plt Kabag Humas Pemkab pada masa Bupati Agus Junara, Leli mengaku bahwa mantan atasannya itu telah menjadi target polisi tak lama setelah tidak lagi menjadi Bupati Tangerang. “Namun, ketika itu saya tidak tahu kasusnya. Tapi memang, Pak Agus sudah lama menjadi DPO,” ujar Leli saat dihubungi, Minggu (2/1) malam.
Dalam keterangan persnya di Jakarta, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar mengatakan, Agus Djunara ditangkap aparat Polda Metro Jaya setelah menipu sejumlah warga. Dalam prak tiknya, ter­sangka menghim pun perhiasan dan uang korban dengan alasan untuk digunakan sebagai nazar yang ingin didoakan oleh imam besar di Mekkah.
Direktur Reserse Kriminal Umum Kombes Pol Herry Rudolf Nahak, saat jumpa pers di Markas Polda Metro Jaya, Jumat (31/12), mengatakan, modus yang digunakan Agus dan istrinya mampu meng gadakan uang berlipat kali. Jumlah uang yang diminta senilai Rp18 miliar. “Untuk keperluan mengabulkan permintaan korban melalui imam besar di Mekkah, lalu pelaku menyerahkan koper dan kardus berisi sejumlah perhiasan yang tidak boleh dibuka hingga memasuki waktu nazar. Tetapi kenyataannya koper itu berisi batu yang dibungkus kain selimut,” ujarnya.
Untuk menyakinkan korban, kata Rudolf, biasanya istri tersangka mengaku sebagai kerabat Sultan Brunei Darussalam. “Mereka juga menunjukkan foto bareng Gus Dur,” tuturnya. Keduanya terancam hukuman penjara lima tahun, dijerat Pasal 378 KUHP tentang penipuan dan Pasal 372 tentang penggelapan.
Rudolf mengimbau agar masyarakat yang merasa menjadi korban segera melaporkan. Hal ini diketahui karena banyaknya rekening koran Bank BCA dan BRI yang belum diketahui maksud dan nama pengirimnya yang dimiliki tersangka.

PRIHATIN
Sementara itu, Dadang Sudrajat, mantan ajudan Agus Djunara mengaku, mengetahui penangkapan Agus Djunara oleh Polda Metro Jaya. Namun, Lurah Pakuhaji ini mengatakan, sejak 2004 tidak lagi berko munikasi dengan Agus Djunara. Namun, ia telah lama mengetahui kalau bupati ber­pangkat kolonel itu menjadi DPO. “Terakhir saya berko munikasi ketika bapak pindah rumah ke daerah Menteng, Jakarta. Saya tak menyangka kalau bapak berbuat seperti ini. Saya prihatin,” kata Dadang, semalam
Dadang mengatakan, sepenge tahun dirinya, sejak tidak lagi menjabat Bupati Tangerang, Agus Djunara tak lagi tinggal di Tangerang. “Yang saya tahu, bapak tidak punya rumah di Tangerang,” ungkap Dadang.
Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Tangerang Nawa Said Dimyati mengatakan, penangkapan Agus Djunara harus menjadi pelajaran penting bagi pemerintah daerah. Ke depan, ia berharap mantan pejabat mendapat perhatian dari pemda setempat seperti adanya jaminan kehidupan dan kesehatan pada masa pensiun. “Ketenangan kerja sebagai dampak rasa ke adilan, tentu akan mengurangi keinginan untuk betindak di luar hukum. Ha rusnya men dapatkan jaminan hari tuanya jelas,” ujar Nawa.
Ia menyayangkan atas ke jadian tersebut. Pasalnya, hal ini dapat berimbas kepada daerah. “Perhatian kesejah teraan mesti diberikan kepada mantan pejabat karena mereka pernah membangun dan berjasa untuk Kabupaten Tangerang,” ungkap Nawa. (Edit:Team - sumber : mg-07/dai/alt)

 
Powered by Blogger